Wisata Sejarah
Memasuki area Taman Sari, pengunjung dapat berkeliling ke seluruh wilayah bangunan ini yang luasnya sekitar sepuluh hektar. Taman Sari memiliki keunikan artistik pada bagian kolam dan air yang menunjukan sisi filosofi pada kesejukan air. Komplek Taman Sari terdiri dari empat bagian. Pada bagian pertama ada Pulo Kenongo. Di atas pulau buatan itu ada gedung berlantai dua yang bernama Gedhong Kenongo. Pada bagian ini juga ada Pulo Cemethi dan Sumur Gumuling. Pada bagian kedua, terdapat Gedhong Gapuro Hageng, Gedhong Lopak-lopak, Umbul Pasiraman, Gedhong Sekawan, Gedhong Gapuro Panggung, Gedhong Temanten. Sedangkan pada bagian ketiga, sebagian besar berasal dari rekonstruksi yang ada.Pada masa bagian ini masih digunakan, terdapat Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati." Selain itu ada beberapa bangunan lain serta taman dan kebun. Pasarean Dalem Ledok Sari merupakan sisa dari bagian ini yang tetap terjaga. Dan pada bagian keempat, saat ini telah berubah menjadi pemukiman penduduk. Pada saat masih digunakan oleh keluarga kerajaan Kesultanan Yogyakarta, ada danau buatan, kanal, jembatan, dermaga dan kebun.
Cagar Budaya Di Dunia
Taman Sari merupakan cagar budaya kesembilan belas di dunia. Kompleks bangunan ini dibangun pada 1758-1769 oleh Raja Mataram oleh Sultan Hamengku Buwono I. Area ini merupakan bekas taman atau kebun istana Kesultanan Yogyakarta. Taman Sari juga mendapat sebutan "The Fragrant Garden." Dalam sejarah disebutkan bahwa Taman Sari dibangun di area bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati.
Meski hanya berfungsi sebagai kebun kerajaan pada masanya, Taman Sari memiliki beberapa bangunan yang menunjukkan bahwa area ini juga berfungsi sebagai benteng pertahanan Kesultanan Yogyakarta, jika diserang musuh. Arsitek yang membangun Taman Sari adalah seorang berbangsa Portugis, yang lebih dikenal dengan nama Demang Tegis. Hingga saat ini, meski tak lagi lengkap bangunan yang ada di Taman Sari, para wisatawan banyak berdatangan ke tempat ini.